Minggu, 01 Mei 2011

Pengendalain Hama Wereng Batang Coklat

Penyebab timbulnya WBC...

Kemampuan berkembang biak WBC sangat tinggi, bertelur banyak (100-600 butir), siklus hidupnya pendek (kurang lebih 28 hari, yaitu stadia telur kl 8 hari, nimfa kl 18 hari, imago praoviposisi kl 2 hari), masa hidup imago dewasa kl. 8 hari, mempunyai daya sebar cepat, dan daya serang ganas. Laju perkembang-biakan pada varietas peka dengan lingkungan optimum dalam satu musim tanam dapat mencapai 2000 kali.
Adanya penanaman varietas rentan/peka dan pola tanam yang tidak teratur, sebagai pemicu perkembangan dan penyebaran WBC.
Penggunaan insektisida yang tidak bijaksana, tidak memenuhi 6 tepat (jenis, konsentrasi, dosis, volume semprot, cara, waktu dan sasaran), sehingga WBC dapat menjadi kebal terhadap insektisida dan terbunuhnya musuh alami menyebabkan WBC cepat berkembang. Gunakan insektisida yang terdaftar dan diijinkan untuk padi. Apabila di persemaian dan atau tanaman muda belum ada WBC tetapi disemprot insektisida maka semakin berpeluang untuk terserang hama WBC.
Serangga dewasa dan nimfa menetap dan menghisap pelepah daun di bagian bawah/pangkal tanaman, sehingga petani kurang perhatian sejak dini.
Pengaruh faktor iklim mikro yang lembab dan hangat. Tidak hanya musim hujan tetapi musim kemarau yang basah menjadi pendorong perkembangan dan ledakan WBC.

Kerusakan tanaman oleh WBC

Apabila populasi tinggi, warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, kemudian berwarna coklat jerami, dan akhirnya seluruh tanaman bagaikan disiram air panas kuning coklat dan mengering (hopper burn).
WBC juga menularkan penyakit virus kerdil rumput dan kerdil hampa.

Karakteristik WBC

WBC berukuran kecil, nimfa yang baru menetas berukuran 1 mm dan dewasa 3 mm.
Bentuk makroptera merupakan indikator populasi pendatang dan emigrasi, sedangkan brakhiptera merupakan populasi penetap yang biasanya menghasilkan keturunan yang menyebabkan kerusakan tanaman.
Populasi WBC dapat meningkat lebih tinggi dengan aplikasi insektisida yang tidak bijaksana karena dapat mengakibatkan resistensi (hama menjadi kebal) dan resurjensi (populasi menjadi berkembang lebih cepat terutama karena musuh alaminya musnah).

Pengendalian WBC

Pratanam (persiapan - persemaian) Persiapan benih bermutu bersertifikat yang tahan terhadap koloni WBC setempat.
Eradikasi/sanitasi singgang atau sisa tanaman yang terserang virus kerdil rumput dan kerdil hampa.
peningkatan pengamatan populasi WBC sejak awal persemaian.
Pemusnahan bibit/persemaian yang terserang berat WBC.

Fase tanaman muda (tanam - anakan maksimum/ (40 hst)
Menanam varietas yang telah terbukti tahan / toleran terhadap populasi WBC di daerah masing0masing. Hindari menanam varietas rentan/peka.
Tanam sistem legowo dan pemupukan NPK harus berimbang.
Tanamana yang terserang WBC berat dilakukan sanitasi selektif/eradikasi, demikian juga tanaman yang bergejala virus kerdil rumput dan kerdil hampa dilakukan sanitasi selektif/eradikasi.
Penggunaan insektisida efektif untuk WBC, yang terdaftar dan diijinkan untuk tanaman padi. Aplikasi pasa saat mencapai ambang pengendalian: populasi > 10 ekor/rumpun pada tanaman berumur kurang dari 40 hst.

Fase Primordia - tanaman tua ( ≥ 40 hst/primordial - menjelang panen)

Tanaman yang terserang berat dilakukan sanitasi/eradikasi selektif dan yang puso dieradikasi total.
Penggunaan insektisida apabila populasi ≥ 20 ekor/rumpun pada tanaman berumur ≥ 40 hst.
Kerapkali aplikasi insektisida menjadi tidak efektif dan tidak efisien karena populasi sudah terlampau tinggi, faktor pemilihan jenis insektisida dari segi sifat kerjanya dan teknik aplikasi yang tidak memenuhi 6 tepat.

PELESTARIAN MUSUH ALAMI
Banyak sekali musuh alami yang diketahui efektif untuk menekan perkembangan populasi WBC antara lain predator jenis laba-laba, kumbang Coccinelid, Ophionea, dan Paederus, kepik Cyrtorhinus, predator yang hidup di air, parasitoid telur seperti Anagrus, Oligosita, dan Gonatocerus, parasitoid nimfa dan dewasa antara lain Elenchus dan Pseudogonatopus, serta cendawan/jamur patogen serangga antara lain Beauveria bassiana, Hirsutella, dan Metarhizium.
Jangan menyemprot insektisida jika tidak perlu karena akan memusnahkan musuh alami.

Keterangan : Gb.1 Imago WBC sayap panjang/Makroptera (Foto Repro).
Gb.2 Siklus hidup WBC.
Gb.3 Telur WBC yang terparasit Gonatocerus sp.(Foto: Repro)
Daftar Pustaka:
Leaflet Pengamatan & Pengendalian Wereng Batang oklat (WBC)
Balai Besar Peramalan OPT
Penyusun:
Harsono Lanya, Mustaghfirin, Baskoro SW, Urip SR

Pengamatan dan pengendalian penyakit busuk pelepah tanaman padi

Busuk pelepah merupakan penyakit padi yang disebabkan oleh jamur pathogen Sarocladium oryzae (Sawada) dengan sinonim Acrocilindrium oryzae (Sawada).Busuk pelepah (Sheath Rot) merupakan penyakit padi pada saat ini masih rendah, sehingga masih dkelompokan dalam minor disease. Penyakit busuk pelepah sebenarnya bukan merupakan penyakit yang baru, bahkan telah dikenal lebih dari 23 tahun yang lalu, pada tahun 1987 Tim Penyakit padi Sentra Peramalan Hama (sekarang BBPOPT) bersama dengan expert dari Jepang Dr. Shizuo Mogi (ATA-162) telah mendeteksi keberadaan penyakit busuk pelepah tersebut. Pada lima tahun terakhir, setelah terjadi perubahan agroekosistem antara lain dengan introduksi beberapa varietas varietas baru dan juga adanya Dampak perubahan Iklim, penyebaran semakin meluas dan tingkat keparahan penyakit busuk pelepah semakin meningkat. Infeksi busuk pelepah dapat terjadi pada padi hibrida maupun non-hibrida. Sehingga diperkirakan dalam kurun waktu 3-5 tahun ke depan potensi penyakit busuk pelepah akan menjadi salah satu penyakit yang mematikan dan mengakibatkan kerugian berarti. Peningkatan kewaspadaan terhadap penyakit busuk pelepah harus dimulai dari sekarang, dengan mengenali tanda, gejala dan epidemiologi penyakit ini. Secara visual gejala penyakit akan lambat oleh karena infeksi terjadi pada stadia generatif ( pada bagian pelepah yang membungkus malai) disamping itu kondisi di lapang seringkali terjadi serangan komplek serangan OPT, khususnya dengan gejala beluk. serangan beluk. Seiring dengan semakin pesatnya perubahan agroekosistem di sekitar kita, kelihatannya berpengaruh pula terhadap penyakit penyakit potensial. Peningkatan virulensi yang mengakibatkan meningkatnya keparahan, dan meluasnya sebaran penyakit busuk pelepah ini. . Disebut dengan busuk pelepah karena penyakit ini secara visual dapat dikenali dengan infeksi pada bagian pelepah daun paling atas. Gejala awal bercak berbentuk bulat atau oval, berukuran 0,5 – 1,5 Cm, warna abu abu di tengahnya dan coklat abu abu dipinggirnya. Bercak dapat melebar menutupi seluruh pelepah daun. Infeksi yang berat mengakibatkan malai tidak muncul sama sekali , sebagian muncul dan muncul semua tapi hampa . Infeksi penyakit busuk pelepah mengakibatkan bulir hampa dan berpotensi gagal panen apabila infeksi dalam skala luas.Penyakit busuk pelepah dan gejala hama beluk seringkali ditemukan di sawah, sehingga bagi orang awam sulit membedakan diantara keduanya. Bulir bulir hampa yang ditemukan di lapangan akan susah dibedakan, seperti dinyatakan oleh petani dari Tangerang ,Banten pak Yusuf dan Mansyur yang menyebutnya sawah terserang hama uban., pada kenyataannya hampa pada bulir padi yang disebabkan oleh busuk pelepah dan beluk.Mengenali gejala serangan OPT dengan tepat sangat penting dilakukan, karena akan menentukan tindakan pengendalian.
Gejala
Gejala awal bercak bulat atau oval pada pelepah yang berukuran 0.5 Cm—1,5 Cm, warna abu abu di bagian tengah dan coklat abu dipinggirnya. Bercak dapat melebar menutupi seluruh permukaan pelepah daun, mengakibatkan malai tidak muncul tau muncul sebagian. Infeksi busuk pelepah dapat terjadi dalam satu rumpun, yang mengakibatkan tanaman kerdil dan sebagian besar bulir hampa.
Siklus Penyakit
Sampai saat ini informasi mengenai siklus penyakit busuk pelepah di Indonesia masih sangat terbatas. Meskipun penyakit ini telah banyak diteliti di India di daerah yang mempunyai iklim mirip Indonesia.
Sakthivel (2001) menguraikan siklus hidup penyakit busuk pelepah yang disebabkan oleh jamur patogen S. Oryzae adalah sebagai berikut.
Jamur patogen bertahan dan terbawa oleh benih yang terinfeksi, sisa pertanaman, tanah, singgang dan gulma. Pada benih dapat bertahan sampai dengan 4 bulan, pada pelepah daun yang disimpan disuhu kamar bertahan 7 bulan dan pada pelepah pada pertanaman dilapang bertahan 10 bulan. Beberapa gulma yang dapat berperan sebagai inang alternatif adalah Eleusine indica, Monochoria vaginalis, Cyperus teneriffae dan C. Iria. Tanaman bambu juga dilaporkan dapat terinfeksi oleh penyakit ini. S. oryzae menginfeksi melalui stomata atau luka. Infeksi oleh S. Oryzae akan mudah terjadi setelah tanaman lemah oleh serangan penggerek batang padi, kutu, atau infeksi penyakit virus tanaman yang lain. Kondisi lingkungan yang ideal untuk perkembangan penyakit ini adalah suhu 20—30o C dan kelembaban 65—85%.
Di Indonesia infeksi S. oryzae telah tersebar di beberapa tempat antara lain. Maros (Sulawesi Selatan) dan Purwakarta ( Jawa Barat) tanpa diikuti dengan serangan OPT lain, Tanggerang (Jawa Barat) di lokasi yang terserang berat Penggerek batang padi, Subang dan Bekasi setelah terserang berat oleh Wereng Coklat, Purwakarta (Jawa Barat), Manggarai(NTT), Siak ( Riau) komplek serangan dengan infeksi penyakit Cercospora sp.
Upaya Waspada Sejak Dini
Secara teknis upaya pengendalian masih sangat terbatas oleh karena sangat terbatasnya informasi penyakit busuk pelepah ini. Meskipun demikian mewaspadai penyakit ini lebih dini merupakan tindakan bijaksana yang dapat dilakukan , sambil menunggu informasi pengendalian yang paling tepat . Antara lain dapat dilakukan dengan.
1. Meningkatkan kemampuan pengamatan dalam mengenal tanda dan gejala penyakit busuk pelepah.
2. Mengkaji epidemiologi dan potensi merugikan penyakit busuk pelepah yang ada di Indonesia.
3. Melakukan budidaya tanaman sehat yang disesuaikan untuk menekan penyakit ini antara lain
Sanitasi gulma yang telah dikenal sebagai inang alternatif,
Seleksi benih, khususnya yang berasal dari daerah endemis penyakit busuk pelepah.
Aplikasi pupuk secara berimbang
Menjaga jarak tanam agar tidak terjadi gesekan antar tanaman yang mengakibatkan luka.
Mengendalikan OPT lain yang dapat mempermudah terjadinya infeksi penyakit busukpelepah.